Ilmu Komputer

Mengenal Sistem Manajemen Keamanan Informasi

Keamanan informasi sangat penting untuk diperhatikan. Keamanan informasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengamankan serta melindungi aset informasi dari berbagai ancaman yang bisa terjadi. Tujuannya untuk menjamin juga memastikan kelangsungan dari suatu bisnis atau organisasi yang memiliki informasi tersebut. Selain itu, informasi yang terjamin keamanannya akan membantu meminimalkan risiko dan memaksimalkan perkembangan suatu bisnis atau organisasi.

Supaya dapat tercapainya keamanan informasi, maka diperlukan berbagai upaya teknis dengan dukungan dari berbagai kebijakan dan prosedur manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan peruntukannya. Oleh karena itu, diperlukan sebuah sistem untuk mengatur keamanan informasi tersebut. Sistem itu disebut dengan Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) atau yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan Information Security Management System (ISMS).

Di bawah ini merupakan penjelasan tentang Sistem Manajemen Keamanan Informasi.

Apa itu Sistem Manajemen Keamanan Informasi?

Di antara kebanyakan masyarakat atau masyarakat awam, mungkin masih asing dengan apa yang dimaksud sistem manajemen keamanan informasi. Sistem manajemen keamanan informasi adalah suatu sistem yang merancang, menerapkan, mengelola, serta memelihara keamanan informasi di suatu bisnis atau organisasi.

Dimana pengelolaannya melalui sebuah proses yang terpadu dan secara efektif untuk menjaga kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan dari aset informasi tersebut. Di samping itu, sistem manajemen keamanan informasi juga bertugas meminimalisir risiko dan bahaya yang bisa timbul dari kemungkinan yang menyertai informasi tersebut.

Dalam mngembangkan dan menyusun sistem manajemen keamanan informasi biasanya akan menggunakan dan akan mengacu pada standar atau framework tertentu. Misalnya ISO27001, NIST, PCI DSS, dan sebagainya. Permasalahan yang terjadi selama ini adalah framework pada sistem manajemen keamanan informasi umumnya merupakan informasi dengan bentuk dokumen PDF. Informasinya yang panjang terkesan membosankan dan tidak sedikit yang membingungkan.

Oleh karena itu, perlu penyederhanaan framework sistem manajemen keamanan informasi tersebut agar mudah dipahami. Jadi framework tersebut dibagi menjadi tiga kategori, yaitu control framework (kerangka kerja kendali), program framework (kerangka kerja program), dan risk framework (kerangka kerja risiko).

Aspek-Aspek Keamanan Informasi

Keamanan informasi memiliki beberapa aspek yang perlu diperhatikan dan dilindung dalam penerapan sistem manajemen keamanan informasi. Aspek-aspek tersebut di antaranya sebagai berikut:

  1. Confidentiality

Confidentiality (kerahasiaan) merupakan aspek yang berfungsi untuk menjamin kerahasiaan data atau informasi. Selain itu untuk memastikan bahwa informasi tersebut hanya dapat diakses oleh orang yang diberi kewenangan dan menjamin kerahasiaan dari semua data atau informasi. Data atau informasi tersebut meliputi semua yang dikirim, diterima dan disimpan untuk bisnis atau organisasi yang bersangkutan.

  1. Integrity

Integriti (integritas) adalah aspek yang menjamin dan memastikan bahwa data atau informasi yang ada tidak diubah tanpa diketahui atau tanpa seizin dari pihak yang berwenang (authorized). Kemudian selalu menjaga keakuratan dan keutuhan informasi, beserta juga metode prosesnya untuk menjamin aspek integrity dari informasi bisnis atau organisasi ini.

  1. Availability

Availability (ketersediaan) yaitu aspek yang diperlukan untuk menjamin bahwa data atau informasi akan tersedia ketika dibutuhkan. Tentunya juga memastikan pengguna yang berhak dan yang diizinkan untuk dapat menggunakan informasi dan perangkat terkait (aset yang berhubungan dengan informasi tersebut jika diperlukan), merupakan pengguna yang memang diperbolehkan secara sah oleh organisasi.

Manfaat Sistem Manajemen Keamanan Informasi

Sistem manajemen keamanan informasi ini sangat diperlukan karena memiliki manfaat-manfaat sebagai berikut:

  1. Dapat membantu untuk menjaga data atau informasi supaya rahasia tetap aman.
  2. Membuat proses pelaksanaan akan keamanan informasi menjadi lebih sistematis.
  3. Memberikan citra bisnis atau organisasi tentang cara yang dilakukan dalam mengelola risiko, sehingga dapat menyakinkan klien dan juga para pemangku kepentingan.
  4. Memungkinkan untuk dilakukannya pertukaran informasi yang aman.
  5. Membantu dan mencerminkan bahwa bisnis atau organisasi tersebut mematuhi persyaratan hukum.
  6. Memperlihatkan keunggulan kompetitif dari bisnis atau organisasi tersebut.
  7. Sebagai sarana mempromosikan kepuasan pelanggan yang dapat berdampak pada peningkatan retensi klien.
  8. Membantu menjaga konsistensi pengiriman produk atau layanan yang diberikan oleh bisnis atau organisasi.
  9. Untuk membantu mengelola dan meminimalkan terjadinya risiko yang dapat timbul dari data atau informasi tersebut.
  10. Untuk membantu terciptanya sebuah budaya keamanan baik di organisasi itu sendiri maupun di masyarakat.

Framework Sistem Manajemen Keamanan Informasi

Berikut ini penjelasan dari tiga kategori framework atau kerangka kerja sistem manajemen keamanan informasi:

  1. Control Framework (kerangka kerja kontrol/kendali)

Biasanya, ketika suatu bisnis atau organisasi yang akan menerapkan sistem manajemen keamanan informasi memiliki kondisi tata kelola keamanan informasi yang cenderung belum baik atau belum matang. Oleh karena itu pada umumnya perlu menentukan terlebih dahulu basic set of controls yang akan diterapkan. 

Control framework perlu melakukan hal-hal seperti di bawah ini: 

  • Melakukan proses identifikasi terhadap set control yang nantinya menjadi baseline
  • Menerapkan kegiatan asesmen pada kondisi eksisting yang berkaitan dengan kapabilitas teknis
  • Melaksanakan proses prioritasi terhadap implementasi dari kontrol tersebut
  • Selanjutnya akan mengembangkan roadmap initial bagi tim keamanan teknologi informasi yang dibentuk tersebut

Contohnya Control framework adalah NIST 800-53 dan CIS Control (CSC).

  1. Program Framework (kerangka kerja program)

Program Framework (kerangka kerja program) biasanya akan digunakan terhadap hal-hal berikut:

  • Merupakan pelaksana dari asesmen kondisi keseluruhan dari program keamanan yang ada dalam bisnis atau organisasi
  • Untuk membangun serta mengembangkan semua program keamanan yang komprehensif dalam bisnis atau organisasi tersebut
  • Sebagai tolak ukur terhadap level kematangan dan kemudian membandingkannya dengan standar sistem dari industri yang serupa
  • Melakukan penyederhanaan terhadap proses komunikasi dengan para pemimpin bisnis atau organisasi

Contoh Program Framework (kerangka kerja program) adalah ISO 27001 dan NIST Cybersecurity Framework.

  1. Risk Framework (kerangka kerja risiko)

Risk Framework (kerangka kerja risiko) adalah framework yang dapat digunakan untuk memastikan bahwa program dari sistem manajemen keamanan informasi di bisnis atau organisasi tersebut sudah dikelola sebagaimana mestinya. Yaitu dengan cara yang bermanfaat bagi stakeholder dan organisasi serta membantu dalam penentuan prioritas aktivitas keamanan. 

Penggunaan  Risk Framework biasanya pada hal-hal seperti:

  • Menentukan tahapan-tahapan penting dalam pelaksanaan asesmen dan mengelola risiko yang mungkin terjadi
  • Mewujudkan pengaturan program manajemen risiko supaya terlaksana dengan cara terstruktur
  • Melakukan proses-proses seperti identifikasi, pengukuran, dan kuantifikasi dari suatu risiko yang mungkin timbul
  • Melakukan skala prioritas dalam semua aktivitas keamanan

Contoh Risk Framework (kerangka kerja risiko) NIST 800-39, 800-37, 800-30, ISO 27005.


Rhenn