Home » Logical Thinking » “Rumah Sakit Penuh” Istilah Hanya Untuk Kita Yang Miskin

“Rumah Sakit Penuh” Istilah Hanya Untuk Kita Yang Miskin

by Sutiono S.Kom., M.Kom ., M.T.I
by Sutiono S.Kom., M.Kom ., M.T.I

Pandemi saat ini mungkin lebih sering kita mendengar istilah “Ruang Penuh”, “Rumah Sakit Penuh” atau setidaknya jika pernah berobat menggunakan BPJS istilah-istilah ini mungkin sering kita dengar. “Dan ini hanya berlaku untuk kita, yang miskin, tidak punya koneksi crazy rich, crazy popular (artis), pejabat dan sejenisnya”.

Tidak berlaku untuk yang punya jabatan dan uang. Entah cuma saya yang merasakan ini atau sobat juga merasakannya. Coba kita bahas dari BPJS dulu.

Berobat Dengan BPJS

Walau mungkin tidak semua, entah kenapa saya sering melihat temen-temen dan masyarakat yang seperti pengemis ketika berobat menggunakan BPJS. Ruangan Penuh, setidaknya itulah alasan yang lazim.

Bahkan beberapa harus melaporkan dulu ke penjabat berwenang agar bisa dilayani, itupun kalau pejabatnya merakyat dan masyarakat punya koneksi

  • Bagaimana jika tidak punya koneksi ?
  • Bagaimana jika keadaan darurat ?
  • Bagaimana jika tidak punya uang dan benar-benar mengandalkan BPJS?

Jangan berharap bisa memperoleh jawaban ini, bahkan masyarakat yang menggunakan BPJS tidak sedikit yang menginap hanya untuk ANTRI. Sudah sakit, bahkan anda harus mati-matian antri.

Faktanya:

  • Entah feeling saya saja atau bukan, dari saat registrasi saja muka jutek (bagian administrasi) sudah nampak. Jauh berbeda dengan kita berobat di Poli Eksekutif ataupun Poli Umum. (Semoga saya salah)
  • Antri bahkan harus dari malam hanya untuk nomor antrian, layaknya seperti pengemis, padahal kita bayar premi, sebuah asuransi.
  • Jika ingin mengambil tindakan, terlebih seperti penyakit kronis, seperti kanker, jantung dan temen-temen. Kadang harus menunggu beberapa bulan baru di jadwalkan. Yah…. kalau pasiennya masih hidup, mungkin beberapa tidak akan ditindak karena sudah meninggal duluan. (Ini saya benar – benar alami ketika melakukan registrasi, kebetulan pasien samping saya, sedang menangis, karena jadwalnya masih harus menunggu sampai tahun depan.

Walau sudah lolos dari “Ruangan penuh”, banyak penderitaan lain pasien BPJS. Hmmm mental dan sistem yang bobrok mungkin harus di benahi. Ingat, jangan pandang orang dari uangnya, pandanglah semua adalah Makhluk TYME.

Corona, Rumah Sakit Penuh

Istilah ini mungkin tidak berlaku untuk para pejabat dan crazy rich lainnya, lagi lagi kadang kita harus ke puluhan rumah sakit jika ada sanak saudara yang terkena covid 19 dengan gejala berat.

Sekali lagi, ini tentu tidak semua, tapi banyak di temukan di beberapa daerah. Masyarakat kelas bawah lah yang menjadi pihak yang selalu dikesampingkan.

Semoga semua ini tidak benar, dan kalaupun benar bisa ditindaklanjuti dengan perubahan mindset berbagai pihak berwenang.

Tidak ada lagi masyarakat miskin yang terabaikan dan jangan pandang orang berdasarkan kedudukan dan hartanya.

You may also like