Home » Logical Thinking » Backward Chaining: Pengertian, Kelebihan dan Kekurangan

Backward Chaining: Pengertian, Kelebihan dan Kekurangan

by Atin Rahmawati
by Atin Rahmawati

Apa itu Backward Chaining ?

Backward chaining dapat dipahami sebagai metode pelacakan ke belakang yang dimulai dari penarikan kesimpulan atau tujuan melalui beberapa hipotesis yang menuju atau mengarah pada objektivitas yang mendukung hipotesis-hipotesis tersebut.

Dalam metode backward chaining terdapat strategi pengambilan keputusan atau kesimpulan dengan cara menyesuaikan fakta atau pernyataan yang dimulai bagi bagian hipotesis terlebih dahulu. Kemudian untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut harus dicari fakta yang ada dalam pengetahuan dasar.

Menurut Arhami (2005), Backward chaining merupakan suatu rantai yang melintasi dari suatu hipotesis kemudian kembali ke fakta yang mendukung pernyataan hipotesis tersebut. Hal ini juga dapat diartikan sebagai bentuk penalaran yang dimulai dari level paling tinggi dengan membangun suatu hipotesis.

Setelah membangun suatu hipotesis lalu turun ke bawah yakni menuju fakta yang dapat mendukung hipotesis yang dinamakan dengan penalaran dari atas ke bawah. (gambar apa itu backward chaining).

backward chaining
backward chaining

Backward chaining merupakan metode dalam kecerdasan buatan yang mengikutkan backtracking dari titik akhir menuju langkah-langkah yang mengarah ke titik akhir. Secara teknikal, backward chaining hampir sama dengan forward chaining yang dapat digunakan untuk membuat sistem pakar.

Perbedaan Forward Chaining dan Backward Chaining

perbedaan antar chaining
perbedaan antar chaining

Berikut beberapa perbedaan antara forward chaining dan backward chaining yang perlu diketahui.

1. Berdasarkan definisi

Backward chaining merupakan metode yang mengarah pada proses pencarian yang dimulai dari tujuan yakni kesimpulan yang menjadi penyelesaian dari suatu permasalahan yang dihadapi.

Sedangkan forward chaining merupakan metode pencarian yang dimulai dari proses pencarian pengumpulan fakta, kemudian baru melakukan pencarian suatu kesimpulan yang menjadi penyelesaian dari suatu permasalahan yang dihadapi.

2. Berdasarkan waktu penyajian dan fasilitas

Perbedaan selanjutnya pada waktu penyajian, pada backward chaining dijadikan untuk masa lalu, sedangkan forward chaining disajikan untuk masa depan. Dalam segi fasilitas keduanya berbeda, pada backward chaining difasilitasi dengan penjelasan, sedangkan pada forward chaining tidak difasilitasi penjelasan.

3. Berdasarkan kemudahan DFS

Perbedaan terakhir dari segi kemudahan DFS. DFS merupakan singkatan dari depth first search, menjadi salah satu algoritma yang dapat digunakan untuk pencarian jalur atau node dari graf. Dalam backward chaining DFS lebih dimudahkan, sedangkan dalam forward chaining tidak.

4. Berdasarkan keadaan awal dan tujuan

Jumlah keadaan awal dan tujuan banyak dan sedikitnya akan mempengaruhi keputusan untuk menggunakan salah satu dari bentuk chaining. Apabila keadaan awal lebih besar dari tujuan maka dapat menggunakan backward chaining.

Demikian pula sebaliknya, apabila keadaan awal lebih kecil dari tujuan maka dapat menggunakan forward chaining.

5. Berdasarkan jumlah simpul

Perbedaan jumlah simpul juga dapat mempengaruhi penggunaan penalaran. Apabila terdapat rata-rata jumlah simpul yang diraih secara langsung dari suatu simpul maka lebih baik memilih simpul yang mempunyai cabang lebih sedikit, dapat berupa backward maupun forward chaining.

6. Berdasarkan bentuk kejadian

Bentuk kejadian dapat membedakan penggunaan penalaran antara backward dengan forward chaining, Apabila ada kejadian berupa kueri maka dapat menggunakan backward chaining, namun apabila terdapat kejadian berupa fakta maka dapat menggunakan forward chaining.

Tahapan Backward Chaining

Adapun tahapan-tahapan dalam melakukan penalaran backward chaining, berikut diantaranya.

  1. Pengetahuan dasar, pengetahuan yang digunakan dalam suatu sistem harus berasaskan dari kepakaran seorang ahli atau ilmuwan.
  2. Menentukan aturan dalam memulai penalaran hingga mendapatkan kesimpulan dari pernyataan hipotesis yang bertujuan untuk mendapatkan data atau fakta.
  3. Menyusun hasil dalam bentuk penyelesaian permasalahan dari hasil penalaran. Pada tahap ini proses penalaran dimulai dari tujuan yang mengarah pada kesimpulan yang menjadi penyelesaian permasalahan yang dihadapi.

Kelebihan Backward Chaining

Berikut ini beberapa kelebihan yang ada pada backward chaining, diantaranya.

  • Memberikan kemudahan dalam melakukan pencarian DFS. Pohon atau tree yang baik bagi DFS adalah yang menyempit dan dalam.
  • Pada sub tujuan, pengguna tidak memerlukan untuk menulis aturan secara eksplisit.
  • Aturan dalam backward chaining menjadi lebih mudah diterapkan daripada aturan dalam forward chaining.

Kekurangan Backward Chaining

Selain kelebihan, backward chaining juga memiliki kekurangan. Berikut beberapa kekurangan dari backward chaining yang perlu diketahui.

  • Meskipun dapat menuliskan aplikasi backward chaining pada sistem forward chaining, dan begitu pula sebaliknya namun sistem tersebut tidak dapat efisien dalam hal pencarian solusi atas permasalahan yang dihadapi.
  • Pengetahuan atau konseptual yang diperoleh dari pakar harus dibuat untuk menyesuaikan permintaan dari mesin inferensi.

Contoh Backward Chaining

Mengingat backward chaining merupakan metode pelacakan ke belakang yang memulai penalarannya dari kesimpulan, dengan mencari beberapa pernyataan hipotesa-hipotesa yang mendukung menuju fakta-fakta yang mendukung sekumpulan hipotesa-hipotesa tersebut.

Berikut contoh penerapan dari backward chaining dalam kehidupan sehari-hari.

Obat yang disarankan sebagai solusi untuk mengobati penyakit tersebut meliputi:

a. Paracetamol;
b. Antibiotik;
c. Multivitamin;
d. Obat Pereda Mual;
e. CTM (obat tidur).

Gejala dari penyakit :

  1. Kepala terasa pusing;
  2. Suhu badan tinggi;
  3. Batuk dan pilek;
  4. Badan terasa lemas;
  5. Demam lebih dari tiga hari;
  6. Hasil cek darah menunjukkan positif salmonella paratipii;
  7. Nyeri di bagian ulu hati;
  8. Nyeri pada lambung.

Nama penyakitnya :

1a. Influenza
2a. Tipus
3a. Maag

Obat yang dapat dikonsumsi berdasarkan gejala dan penyakit :

  • Jika obatnya a,b,c maka terkena influenza (1a) dan gejalanya 1,2, dan 3.
  • Jika obatnya a,b,c,d,e maka terkena maag(2a) dan gejalanya 1,4,5, dan 6.
  • Jika obatnya a,b,c,d maka terkena tipus(3a) dan gejalanya 1,7, dan 8.

You may also like