Home » Jaringan Komputer » Subnetting: Pengertian, Fungsi, Klasifikasi dan Contoh

Subnetting: Pengertian, Fungsi, Klasifikasi dan Contoh

by Rini Rahmawati
by Rini Rahmawati

Subnetting adalah teknik yang penting dalam jaringan komputer yang memungkinkan kita untuk membagi-bagi jaringan besar menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, yang disebut subnet. Dengan menggunakan teknik ini, administrator jaringan dapat mengatur alamat IP secara lebih efisien, mengoptimalkan kinerja jaringan, dan meningkatkan keamanan.

Subnetting juga memungkinkan pengelompokan perangkat dalam jaringan berdasarkan kebutuhan dan lokasi, sehingga mempermudah proses manajemen dan pemeliharaan.

Pengertian Subnetting

Subnetting adalah proses pembagian jaringan besar menjadi jaringan-jaringan yang lebih kecil yang disebut subnet. Tujuan dari subnetting adalah untuk mengoptimalkan penggunaan alamat IP dan meningkatkan efisiensi jaringan.

Pada dasarnya, setiap perangkat yang terhubung ke jaringan memerlukan alamat IP unik untuk dapat berkomunikasi dengan perangkat lainnya. Sebelum adanya subnetting, seluruh jaringan harus menggunakan satu alamat IP tunggal, yang disebut sebagai “network address.” Namun, dengan semakin berkembangnya jaringan dan peningkatan jumlah perangkat yang terhubung, semakin terbatasnya alamat IP yang tersedia.

Melalui teknik subnetting, administrator jaringan dapat membagi satu jaringan besar menjadi beberapa subnet yang lebih kecil. Setiap subnet memiliki alamat IP unik dan dapat berisi jumlah perangkat yang sesuai dengan kebutuhan. Dengan cara ini, penggunaan alamat IP dapat dioptimalkan, dan administrator dapat mengatur lalu lintas jaringan dengan lebih efisien.

Subnetting juga membantu meningkatkan keamanan jaringan. Dengan membagi jaringan menjadi beberapa subnet, administrator dapat mengisolasi beberapa perangkat atau bagian jaringan dari yang lain. Hal ini mengurangi risiko terjadinya serangan dari luar atau perambahan data oleh perangkat yang tidak berwenang.

Secara keseluruhan, subnetting merupakan konsep penting dalam pengelolaan jaringan modern. Dengan menggunakan teknik ini, administrator dapat mengoptimalkan penggunaan alamat IP, meningkatkan efisiensi, dan memperkuat keamanan jaringan secara keseluruhan.

Perbedaan VLAN dan Subnet

VLAN (Virtual Local Area Network) dan Subnet adalah dua konsep yang berbeda namun seringkali berhubungan dalam pengelolaan jaringan. Berikut adalah perbedaan antara VLAN dan Subnet:

Definisi

VLAN: VLAN adalah teknik untuk memisahkan jaringan fisik menjadi beberapa jaringan logis di dalamnya. Dengan VLAN, perangkat-perangkat dalam jaringan dapat berkomunikasi seolah-olah mereka berada dalam satu jaringan fisik, meskipun sebenarnya mereka terpisah secara fisik.

Subnet: Subnetting adalah proses membagi sebuah jaringan IP besar menjadi beberapa jaringan IP yang lebih kecil. Setiap subnet memiliki alamat IP unik dan dikelompokkan berdasarkan alamat IP tertentu, yang memungkinkan perangkat-perangkat dalam subnet untuk berkomunikasi secara langsung dalam satu jaringan lokal.

Fungsi

VLAN: Fungsi utama VLAN adalah untuk mengelompokkan perangkat-perangkat dalam satu jaringan logis, terlepas dari lokasi fisik mereka. Ini membantu dalam mengatur akses dan keamanan jaringan, serta meningkatkan efisiensi lalu lintas.

Subnet: Subnetting digunakan untuk mengatur dan mengelompokkan perangkat berdasarkan alamat IP mereka. Hal ini membantu dalam mengontrol lalu lintas jaringan dan mengoptimalkan penggunaan alamat IP.

Perangkat yang Terhubung

VLAN: VLAN bekerja pada lapisan data link (Layer 2) dalam model OSI, dan mengelompokkan perangkat-perangkat berdasarkan informasi yang terkandung dalam header frame di tingkat data link.

Subnet: Subnet beroperasi pada lapisan jaringan (Layer 3) dalam model OSI, dan mengelompokkan perangkat-perangkat berdasarkan alamat IP.

Isolasi Jaringan

VLAN: VLAN memungkinkan isolasi jaringan dengan membatasi komunikasi antara VLAN yang berbeda, sehingga mengurangi kemungkinan akses tidak sah atau lalu lintas yang tidak diinginkan.

Subnet: Subnet pada dasarnya memungkinkan semua perangkat dalam satu subnet berkomunikasi satu sama lain tanpa pembatasan. Namun, pengaturan firewall dan konfigurasi router dapat digunakan untuk mengatur izin dan pembatasan antara subnet yang berbeda.

Model Referensi OSI

VLAN: Terkait dengan lapisan data link (Layer 2) dalam model OSI.

Subnet: Terkait dengan lapisan jaringan (Layer 3) dalam model OSI.

Meskipun VLAN dan Subnet berbeda dalam konsep dan fungsinya, keduanya dapat saling melengkapi dalam pengelolaan jaringan yang lebih efisien dan aman. Penggunaan VLAN dan Subnet akan tergantung pada kebutuhan spesifik dan kompleksitas jaringan yang dihadapi oleh administrator.

Fungsi Subnetting

Fungsi Subnetting dalam jaringan komputer sangatlah penting dan memiliki beberapa manfaat utama, di antaranya:

1. Penghematan Alamat IP

Dengan menggunakan subnetting, kita dapat membagi jaringan besar menjadi subnet yang lebih kecil. Ini memungkinkan kita untuk menggunakan alamat IP secara lebih efisien dan menghindari pemborosan alamat IP yang terbatas.

Tanpa subnetting, jika kita memiliki jaringan kecil dengan sedikit perangkat, kita harus mengalokasikan seluruh rentang alamat IP, yang bisa berarti banyak alamat IP terbuang percuma. Subnetting memungkinkan kita untuk mengalokasikan hanya jumlah alamat IP yang dibutuhkan untuk setiap subnet, mengurangi pemborosan.

2. Pengaturan Lalu Lintas Jaringan

Dengan menggunakan subnetting, lalu lintas jaringan dapat dibatasi pada tingkat subnet. Ketika perangkat di satu subnet ingin berkomunikasi dengan perangkat di subnet lain, lalu lintas harus melewati router. Ini memungkinkan administrator untuk mengatur kebijakan lalu lintas dan mengoptimalkan kinerja jaringan dengan mengarahkan lalu lintas hanya ke subnet yang relevan.

3. Keamanan Jaringan

Subnetting membantu meningkatkan keamanan jaringan dengan membatasi akses antara subnet yang berbeda. Komunikasi antara subnet harus melewati router, yang berfungsi sebagai penghalang untuk melindungi subnet dari ancaman luar atau perangkat yang tidak berwenang di subnet lain. Dengan cara ini, serangan dari dalam jaringan juga dapat diatasi dengan lebih baik.

4. Manajemen Jaringan yang Lebih Efisien

Subnetting memungkinkan administrator untuk mengorganisasi jaringan berdasarkan kebutuhan dan lokasi. Misalnya, dalam lingkungan kantor, departemen tertentu dapat ditempatkan dalam subnet yang terpisah untuk memfasilitasi manajemen dan pemeliharaan yang lebih mudah. Hal ini juga membantu dalam mendeteksi masalah dan membatasi dampaknya pada seluruh jaringan.

5. Skalabilitas Jaringan

Dengan membagi jaringan menjadi subnet, kita dapat dengan mudah menambahkan atau mengurangi perangkat dalam subnet tersebut tanpa mengubah struktur jaringan utama. Ini membuat jaringan lebih skalabel dan memudahkan perluasan jaringan tanpa harus merombak seluruh alamat IP yang ada.

Tujuan Subnetting

Tujuan dari subnetting dalam jaringan komputer adalah:

1. Optimalisasi Penggunaan Alamat IP

Salah satu tujuan utama subnetting adalah untuk mengoptimalkan penggunaan alamat IP yang terbatas. Dengan membagi jaringan besar menjadi subnet yang lebih kecil, administrator dapat mengalokasikan hanya jumlah alamat IP yang dibutuhkan untuk setiap subnet. Hal ini mengurangi pemborosan alamat IP dan memungkinkan lebih banyak perangkat terhubung ke jaringan tanpa kehabisan alamat IP.

2. Pengelolaan Jaringan yang Lebih Efisien

Subnetting memungkinkan administrator untuk mengatur dan mengelompokkan perangkat dalam jaringan berdasarkan kebutuhan dan lokasi.

Hal ini membuat manajemen jaringan menjadi lebih mudah dan lebih efisien. Perangkat dalam satu subnet dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi, departemen, atau lokasi fisik, sehingga memfasilitasi pemantauan, pemeliharaan, dan konfigurasi yang lebih terorganisir.

3. Pembatasan Lalu Lintas Jaringan

Dengan menggunakan subnetting, lalu lintas jaringan dapat dibatasi pada tingkat subnet. Komunikasi antar subnet harus melewati router, yang memungkinkan administrator untuk mengatur kebijakan lalu lintas dengan lebih tepat. Hal ini membantu mengurangi lalu lintas yang tidak perlu dan meningkatkan kinerja jaringan secara keseluruhan.

4. Keamanan Jaringan yang Lebih Baik

Subnetting membantu meningkatkan keamanan jaringan dengan membatasi akses antara subnet yang berbeda. Dengan menggunakan router sebagai perangkat penghubung antar subnet, serangan dari luar jaringan dapat dihalangi lebih efektif. Subnetting juga memungkinkan penggunaan firewall untuk mengatur kebijakan keamanan pada tingkat subnet yang lebih terkontrol.

5. Peningkatan Skalabilitas

Dengan membagi jaringan menjadi subnet, skala jaringan dapat ditingkatkan dengan lebih mudah dan lebih fleksibel. Penambahan perangkat dalam satu subnet tidak akan mempengaruhi subnet lainnya, sehingga memudahkan perluasan jaringan tanpa merombak seluruh struktur jaringan.

6. Efisiensi dalam Penyebaran Layanan

Dengan mengelompokkan perangkat yang memerlukan layanan khusus dalam satu subnet, administrator dapat menyediakan layanan secara lebih efisien dan terfokus pada subnet yang tepat. Hal ini membantu mengurangi beban jaringan secara keseluruhan dan memastikan layanan yang optimal untuk setiap kelompok perangkat.

Proses Subnetting

Proses Subnetting adalah langkah-langkah yang diikuti untuk membagi jaringan IP besar menjadi subnet-subnet yang lebih kecil. Berikut adalah langkah-langkah dalam proses subnetting:

1. Tentukan Jumlah Subnet yang Dibutuhkan

Pertama, tentukan berapa banyak subnet yang diperlukan untuk jaringan Anda. Jumlah subnet yang dibutuhkan akan ditentukan berdasarkan jumlah kelompok perangkat yang ingin dipisahkan dalam jaringan.

2. Tentukan Jumlah Host per Subnet

Setelah menentukan jumlah subnet, selanjutnya tentukan berapa banyak host yang diperlukan dalam setiap subnet. Hal ini akan membantu menentukan ukuran subnet yang tepat dan berapa banyak bit yang perlu dialokasikan untuk bagian host pada alamat IP.

3. Tentukan Jumlah Bit Borrowed

Setelah mengetahui jumlah host per subnet, hitung berapa banyak bit yang perlu dipinjam dari bagian host dalam alamat IP untuk mencukupi jumlah host yang diperlukan. Bit yang dipinjam akan diubah menjadi bagian subnet, sehingga menghasilkan lebih banyak subnet dengan jumlah host yang sesuai.

4. Tentukan Ukuran Subnet

Setelah menentukan jumlah bit yang dipinjam, tentukan ukuran subnet untuk setiap subnet yang dihasilkan. Ukuran subnet ditentukan oleh jumlah bit yang dipinjam dan menentukan rentang alamat IP yang valid untuk setiap subnet.

5. Tetapkan Alamat IP untuk Setiap Subnet

Dalam langkah ini, tentukan alamat IP untuk setiap subnet berdasarkan ukuran subnet yang ditentukan sebelumnya. Biasanya, alamat IP pertama dalam subnet digunakan sebagai alamat jaringan (network address), dan alamat IP terakhir digunakan sebagai alamat broadcast dalam subnet.

6. Tetapkan Alamat IP untuk Perangkat

Setelah menetapkan alamat IP untuk setiap subnet, selanjutnya tetapkan alamat IP untuk setiap perangkat dalam masing-masing subnet. Pastikan bahwa setiap perangkat memiliki alamat IP unik dalam subnetnya.

7. Konfigurasi Router dan Perangkat Jaringan

Terakhir, konfigurasi router dan perangkat jaringan sesuai dengan pengaturan subnetting yang telah ditentukan. Pastikan bahwa router dapat mengarahkan lalu lintas antar subnet dengan benar dan atur firewall atau kebijakan keamanan sesuai dengan kebutuhan.

Klasifikasi Subnetting

Subnetting dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran subnet dan jumlah host yang diperbolehkan dalam setiap subnet. Berikut adalah klasifikasi subnetting berdasarkan ukuran subnet:

1. Subnetting dengan Penggunaan Bit Borrowed yang Sama

Classful Subnetting: Pada metode ini, subnetting dilakukan dengan menggunakan jumlah bit yang sama untuk setiap subnet dalam kelas jaringan tertentu. Sebagai contoh, dalam subnetting kelas C, biasanya digunakan 3 bit tambahan untuk subnetting, sehingga menghasilkan 8 subnet dengan 5 bit host.

Variable Length Subnet Mask (VLSM): VLSM adalah teknik subnetting yang memungkinkan alokasi ukuran subnet yang berbeda untuk subnet-subnet yang berbeda dalam satu jaringan. Dengan menggunakan VLSM, administrator dapat mengalokasikan jumlah host yang sesuai untuk setiap subnet, mengoptimalkan penggunaan alamat IP secara efisien.

2. Subnetting dengan Ukuran Subnet yang Tetap

Fixed Length Subnet Mask (FLSM): FLSM adalah metode subnetting di mana setiap subnet memiliki ukuran subnet yang tetap dan sama.

Misalnya, dalam subnetting kelas C, menggunakan 3 bit untuk subnetting akan selalu menghasilkan 8 subnet dengan 5 bit untuk host, tidak peduli seberapa banyak host yang dibutuhkan dalam setiap subnet. FLSM biasanya digunakan dalam lingkungan jaringan yang memerlukan pengaturan yang sederhana dan konsisten untuk setiap subnet.

3. Subnetting dengan Pemborosan IP Minimum

Classless Subnetting: Dalam metode ini, subnetting dilakukan tanpa memperhatikan pembagian kelas jaringan tradisional (kelas A, B, atau C).

Subnetting berdasarkan kebutuhan sebenarnya dari setiap subnet untuk menghindari pemborosan alamat IP. Classless Subnetting umumnya mengacu pada penggunaan VLSM untuk mengalokasikan ukuran subnet yang tepat untuk setiap subnet dalam jaringan.

4. Subnetting dengan Pemborosan IP Maksimum

Classful Subnetting: Classful Subnetting adalah metode subnetting yang didasarkan pada pembagian kelas jaringan tradisional (kelas A, B, atau C). Ini dapat menyebabkan pemborosan alamat IP karena setiap subnet harus menggunakan jumlah bit yang sama, terlepas dari jumlah host yang sebenarnya dibutuhkan.

Cara Menghitung Subnetting

Menghitung subnetting melibatkan beberapa langkah matematika sederhana untuk menentukan ukuran subnet dan rentang alamat IP untuk setiap subnet. Berikut adalah langkah-langkah cara menghitung subnetting:

1. Tentukan Jumlah Subnet yang Dibutuhkan

Pertama, tentukan berapa banyak subnet yang dibutuhkan dalam jaringan Anda. Jumlah subnet ini akan ditentukan berdasarkan jumlah kelompok perangkat atau departemen yang ingin dipisahkan dalam jaringan.

2. Tentukan Jumlah Bit Borrowed

Setelah mengetahui jumlah subnet yang dibutuhkan, hitung berapa banyak bit yang perlu dipinjam dari bagian host dalam alamat IP untuk mencukupi jumlah subnet yang diinginkan. Formula untuk menghitung jumlah bit yang dipinjam adalah 2^n (dimana n adalah jumlah bit yang dipinjam), dan n harus sama atau lebih besar dari jumlah subnet yang dibutuhkan. Pilihlah nilai n yang sesuai.

3. Hitung Ukuran Subnet

Berdasarkan jumlah bit yang dipinjam, hitung ukuran subnet (jumlah alamat IP yang dapat diakomodasi dalam satu subnet). Formula untuk menghitung ukuran subnet adalah 2^(32-n) (dimana 32 adalah total bit dalam alamat IP). Hasilnya adalah jumlah alamat IP dalam satu subnet.

4. Tentukan Rentang Alamat IP untuk Setiap Subnet

Setelah menentukan ukuran subnet, kita dapat menentukan rentang alamat IP untuk setiap subnet. Biasanya, alamat IP pertama dalam subnet digunakan sebagai alamat jaringan (network address), dan alamat IP terakhir digunakan sebagai alamat broadcast dalam subnet. Rentang alamat IP ini harus mencakup semua alamat IP yang akan dialokasikan ke perangkat dalam subnet tersebut.

5. Tetapkan Alamat IP untuk Perangkat

Setelah menetapkan rentang alamat IP untuk setiap subnet, selanjutnya tetapkan alamat IP untuk setiap perangkat dalam masing-masing subnet. Pastikan bahwa setiap perangkat memiliki alamat IP unik dalam subnetnya.

6. Konfigurasi Router dan Perangkat Jaringan

Terakhir, konfigurasi router dan perangkat jaringan sesuai dengan pengaturan subnetting yang telah ditentukan. Pastikan bahwa router dapat mengarahkan lalu lintas antar subnet dengan benar dan atur firewall atau kebijakan keamanan sesuai dengan kebutuhan.

Contoh Subnetting

Berikut adalah contoh subnetting menggunakan teknik Variable Length Subnet Mask (VLSM) untuk mengoptimalkan penggunaan alamat IP dalam sebuah jaringan:

Misalkan kita memiliki jaringan dengan alamat IP 192.168.10.0/24 (subnet mask 255.255.255.0). Kita ingin membagi jaringan ini menjadi beberapa subnet dengan ukuran yang berbeda untuk mengakomodasi jumlah perangkat yang berbeda dalam setiap subnet.

Langkah 1: Tentukan Jumlah Subnet yang Dibutuhkan

Misalkan kita memerlukan empat subnet dalam jaringan ini untuk mengisolasi departemen yang berbeda.

Langkah 2: Tentukan Jumlah Bit Borrowed

Kita memerlukan 4 subnet, sehingga kita memerlukan 2^2 = 4, yaitu 2 bit tambahan untuk subnetting.

Langkah 3: Hitung Ukuran Subnet

Ukuran subnet untuk subnet yang belum dipinjam adalah 2^8 = 256 (karena awalnya kita memiliki 8 bit host dalam alamat IP kelas C). Setelah meminjam 2 bit, ukuran subnet menjadi 2^6 = 64.

Langkah 4: Tentukan Rentang Alamat IP untuk Setiap Subnet

Kita memiliki empat subnet dengan ukuran 64, jadi rentang alamat IP untuk setiap subnet adalah sebagai berikut:

Subnet 1: 192.168.10.0 – 192.168.10.63 (64 alamat IP, termasuk alamat jaringan dan alamat broadcast)

Subnet 2: 192.168.10.64 – 192.168.10.127 (64 alamat IP)

Subnet 3: 192.168.10.128 – 192.168.10.191 (64 alamat IP)

Subnet 4: 192.168.10.192 – 192.168.10.255 (64 alamat IP)

Langkah 5: Tetapkan Alamat IP untuk Perangkat

Setelah menentukan rentang alamat IP untuk setiap subnet, kita dapat menetapkan alamat IP unik untuk setiap perangkat dalam masing-masing subnet sesuai dengan kebutuhan.

Contoh:

Subnet 1: Digunakan untuk departemen A

Router: 192.168.10.1

Server: 192.168.10.2

Perangkat 1: 192.168.10.3

Perangkat 2: 192.168.10.4

Subnet 2: Digunakan untuk departemen B

Router: 192.168.10.65

Server: 192.168.10.66

Perangkat 1: 192.168.10.67

Perangkat 2: 192.168.10.68

Subnet 3: Digunakan untuk departemen C

Router: 192.168.10.129

Server: 192.168.10.130

Perangkat 1: 192.168.10.131

Perangkat 2: 192.168.10.132

Subnet 4: Digunakan untuk departemen D

Router: 192.168.10.193

Server: 192.168.10.194

Perangkat 1: 192.168.10.195

Perangkat 2: 192.168.10.196

Dengan demikian, kita telah berhasil melakukan subnetting dalam jaringan dengan mengoptimalkan penggunaan alamat IP dan mengisolasi departemen atau kelompok perangkat dalam subnet yang sesuai dengan kebutuhan.

You may also like